Talqin Mayat Ketika Sakaratul-Maut.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, “Talqinkanlah orang yang sakaratul-maut
diantara kamu dengan ucapan La ilaha illallah”. (HR. Muslim).
Komentar Imam an-Nawawi:
معناه من حضره الموت والمراد ذكروه ال إله إال هللا لتكون آخر كالمه كما في الحديث من كان آخر كالمه ال إله إال هللا دخل
الجنة واألمر بهذا التلقين أمر ندب وأجما العلماء على هذا التلقين وكرهوا االكثار عليه والمواالة لئال يضجر بضيق حاله
وشدة كربه فيكره ذلك بقلبه ويتكلم بما ال يليق قالوا وإذا قاله مرة ال يكرر عليه إال أن يتكلم بعده بكالم آخر فيعاد التعريض به
ليكون آخر كالمه ويتضمن الحديث الحضور عند المحتضر لتذكيره وتأنيسه واغماض عينيه والقيام بحقوقه وهذا مجما
عليه
Maknanya, siapa yang sedang mengalami sakratul-maut, maka ingatkanlah ia dengan ucapan ‘ ال
هللا إال إله ’ agar kalimat terakhirnya adalah ‘ هللا إال إله ال ’sebagaimana yang disebutkan dalam hadits,
“Siapa yang akhir kalamnya adalah: ‘ هللا إال إله ال ,’maka ia masuk surga”. Perintah talqin ini
adalah perintah anjuran. Para ulama telah Ijma’ tentang talqin ini. Para ulama memakruhkan
memperbanyak talqin dan terus menerus tanpa henti agar orang yang sedang sakaratul-mau itu
tidak kacau karena kondisinya yang sedang sulit dan berat hingga menyebabkan tidak suka
dalam hatinya dan ia mengatakan kata-kata yang tidak layak. Menurut para ulama, jika orang
yang sakaratul-maut itu telah mengucapkan ‘ هللا إال إله ال ’satu kali, maka tidak perlu lagi
mengulangi talqin. Kecuali jika setelah mengucapkan itu ia mengucapkan kata-kata lain, maka
talqin diulang lagi agar akhir kalamnya adalah ‘ هللا إال إله ال .’Hadits ini juga mengandung makna
anjuran agar hadir di tempat orang yang sedang menjalani sakaratul-mau untuk
mengingatkannya, berbuat baik kepadanya, menutupkan kedua matanya dan melaksanakan hak-
haknya. Semua perkara ini disepakati para ulama berdasarkan Ijma’165
.
Ulama ikhtilaf tentang talqin mayat setelah dikuburkan. Berikut ini pendapat para ulama:
Dalil-Dalil Talqin Mayat Setelah Dikubur.
Riwayat Imam ath-Thabrani dari Abu Umamah, ia berkata: “Apabila aku mati, maka lakukanlah
terhadapku sebagaimana Rasulullah Saw memerintahkan kami melakukannya terhadap orang
yang mati diantara kami. Rasulullah Saw memerintahkan kami seraya berkata: “Apabila salah
seorang saudara kamu mati, lalu kamu ratakan tanah kuburannya, hendaklah seseorang berdiri di
sisi kepala kuburnya seraya mengucapkan: “Wahai fulan bin fulanah”. Sesungguhnya ia
mendengarnya, akan tetapi ia tidak menjawab. Kemudian katakana: “Wahai fulan bin fulanah”.
Maka ia pun duduk. Kemudian orang yang membaca talqin itu mengatakan: “Wahai fulan bin
fulanah”. Maka ia menjawab: “Bimbinglah kami, semoga Allah merahmatimu”. Akan tetapi
kamu tidak dapat merasakannya. Hendaklah orang yang membacakan talqin itu mengucapkan:
“Ingatlah apa yang engkau bawa ketika keluar dari dunia, syahadat kesaksian tiada tuhan selain
Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan rasul Allah. Sesungguhnya engkau ridha
Allah sebagai Tuhan. Islam sebagai agama. Muhammad sebagai nabi. Qur’an sebagai imam”.
Maka malaikat Munkar dan Nakir saling menarik tangan satu sama lain seraya berkata: “Marilah
kita pergi. Untuk apa kita duduk di sisi orang yang jawabannya telah diajarkan”. Seorang laki-
laki bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana jika tidak diketahui nama ibunya?”. Rasulullah
Saw menjawab: “Dinisbatkan kepada Hawa. Wahai fulan anak Hawa”.
Komentar Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani:
“Sanadnya shalih (baik). Dikuatkan Imam Dhiya’uddin dalam kitab Ahkam-nya”.
Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan beberapa riwayat lain yang semakna dengan hadits ini dalam
kitab Talkhish al-Habir.
Riwayat Pertama:
Diriwayatkan Sa’id bin Manshur, dari jalur Rasyid bin Sa’d, Dhamrah bin Habib dan lainnya,
mereka berkata: “Apabila kubur mayat telah diratakan, orang banyak telah beranjak, mereka
menganjurkan agar dikatakan kepada mayat di sisi kuburnya: “Wahai fulan, katakanlah tiada
tuhan selain Allah. Katakanlah: aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah. Tiga kali.
Katakanlah: Tuhanku Allah. Agamaku Islam. Nabiku Muhammad”. Kemudian beranjak.
Riwayat Kedua:
Imam ath-Thabrani meriwayatkan dari hadits al-Hakam bin al-Harits as-Sulami, ia berkata
kepada mereka: “Apabila kamu telah menguburku dan kamu telah menyiramkan air di atas
kuburku, maka berdirilah kamu di sisi kuburku, menghadaplah ke arah kiblat, dan berdoalah
untukku”.
Riwayat Ketiga:
Diriwayatkan Ibnu Majah dari jalur riwayat Sa’id bin al-Musayyib, dari Ibnu Umar dalam hadits,
diantara isinya: “Apabila salah seorang kamu telah meratakan labin (batu dari tanah liat dijemur)
di atas kubur, maka ia berdiri di sisi kubur, kemudian berkata: “Ya Allah, keringkanlah tanah di
kedua sisinya, naikkanlah ruhnya, berikanlah ridha kepadanya dari sisi-Mu”.
Riwayat Keempat:
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya, bahwa sahabat nabi bernama ‘Amr bin al-‘Ash
berkata kepada keluarganya: “Apabila kamu mengubur aku, maka tegaklah setelah itu di sekitar
kuburku sekira-kira selama orang menyembelih hewan sembelihan dan membagi-bagi
dagingnya, hingga aku merasa tenang dengan kamu dan aku dapat melihat apa yang ditanyakan
malaikat utusan Tuhanku”. (Hadits riwayat Imam Muslim).
Riwayat Kelima:
Hadits: sesungguhnya Rasulullah Saw, apabila telah selesai mengubur jenazah, beliau berdiri di
sisi makam seraya berkata: “Mohonkanlah ampunan untuk saudara kamu, mohonkanlah agar ia
diberi ketetapan, karena ia sekarang sedang ditanya”.
(Hadits riwayat Abu Daud, al-Hakim dan Al-Bazzar dari ‘Utsman)166
.
Hadits Lain:
حديث: » لقنوا موتاكم ال إله إال هللا «.
قال المحب الطبري وابن الهمام والشوكاني وغيرهم لعظ موتاكم نص في األموات وتناوله للحاي المحتضار مجااز فاال يصاار
إليه إال بقرينة وحيث ال توجد قرينة تصرفه عن حقيقته إلى مجازه فشموله لألموات أولى إن لم يقتصر عليهم فقط وهللا أعلم.
Hadits: “Talqinkanlah orang yang mati diantara kamu dengan ucapan: La ilaha illallah”. (Hadits riwayat
Muslim, Abu Daud dan an-Nasa’i).
Komentar Ulama Tentang Makna Kata: [موتاكم.[
Imam al-Muhibb ath-Thabari, Ibnu al-Hammam, Imam asy-Syaukani dan lainnya berpendapat: Kata
[موتااكم [ adalah teks untuk orang yang sudah mati. Digunakan untuk orang yang masih hidup
ketika sekarat sebagai bentuk Majaz, tidak digunakan untuk orang hidup kecuali dengan qarinah
(indikasi), jika tidak ada qarinah yang mengalihkan maknanya dari makna sebenarnya kepada
makna Majaz, maka lebih utama penggunaannya kepada makna untuk orang yang sudah mati,
meskipun tidak terbatas hanya untuk orang yang sudah mati saja, wallahu a’lam.
Pendapat Ulama Ahli Hadits.
Imam Ibnu ash-Shalah:
وسئل الشيخ أبو عمرو بن الصالح رحمه هللا عنه فقال التلقين هو الذى نختاره ونعمل به قال وروينا فيه حديثا من حديث أبى
امامة ليس إسناده بالقائم لكن اعتضد بشواهد وبعمل أهل الشام قديما
Syekh Abu ‘Amr bin ash-Shalah ditanya tentang talqin, ia menjawab: “Talqin yang kami pilih
dan yang kami amalkan, telah diriwayatkan kepada kami satu hadits dari hadits Abu Umamah,
sanadnya tidak tegak/tidak kuat. Akan tetapi didukung hadits-hadits lain yang semakna
dengannya dan dengan amalan penduduk negeri Syam sejak zaman dahulu167
.
Pendapat Ahli Hadits Syekh Abdullah bin Muhammad ash-Shiddiq al-Ghumari:
إن التلقين جرى عليه العمل قديما فى الشام زمن أحمد بن حنبل وقبله بكثير، وفى قرطبة ونواحيها حوالى المائة الخامسة فما
بعدها إلى نكبة األندلس ، وذكر بعض العلماء من المالكية والشافعية والحنابلة الذين أجازوه ، وذكر أن حديث أبى أمامة
ضعيف ، لكن الحافظ ابن حجر قال فى "التلخيص " إسناده صحيح ، إسناده صالح ألن له طرقا وشواهد
Sesungguhnya talqin telah dilaksanakan di negeri Syam sejak zaman Imam Ahmad bin Hanbal
dan lama sebelumnya, juga di Cordova (Spanyol) dan sekitarnya kira-kira abad ke lima dan
setelahnya hingga sekitar Andalusia. Syekh Abdullah al-Ghumari menyebutkan beberapa ulama
dari kalangan Mazhab Maliki, Syafi’I dan Hanbali yang membolehkannya. Ia juga menyebutkan
bahwa hadits riwayat Abu Umamah adalah hadits dha’if, akan tetapi al-Hafizh Ibnu Hajar
berkata dalam kitab Talkhish al-Habir: sanadnya shahih. Menurut Syekh Abdullah al-Ghumari
sanadnya baik, karena memiliki beberapa jalur lain168
.
Pendapat Ahli Fiqh.
Pendapat Ibnu al-‘Arabi:
قال ابن العربي في مسالكه إذا أدخل الميت قبره فإنه يستحب تلقينه في تلك السااعة وهاو فعال أهال المديناة والصاالحين مان
األخيار ألنه مطابق لقوله تعالى ﴿ وذكر فإن الاذكرى تنعاا المايمنين و، وأحاو ماا يكاون العباد إلاى التاذكير بااهلل عناد سايال
المالئكة.
Ibnu al-‘Arabi berkata dalam kitab al-Masalik: “Apabila mayat dimasukkan ke dalam kubur,
dianjurkan agar di-talqin-kan pada saat itu. Ini adalah perbuatan penduduk Madinah dan orang-
orang shaleh pilihan, karena sesuai dengan firman Allah Swt: “Dan tetaplah memberi
peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”.
(Qs. adz-Dzariyat [51]: 55). Seorang hamba sangat butuh untuk diingatkan kepada Allah ketika
ditanya malaikat169
.
Pendapat Ibnu Taimiah:
هذا التلقين المذكور قد نقل عن طائعة من الصحابة : أنهم أمروا به كأبي أمامه الباهلي وغيره وروي فيه حديث عن النبي
صلى هللا عليه و سلم لكنه مما ال يحكم بصحته ولم يكن كثير من الصحابة يععل ذلك فلهذا قال اإلمام أحمد وغيره من العلماء
: أن هذا التلقين ال بأس به فرخصوا فيه ولم يأمروا به واستحبه طائعة من أصحاب الشافعي وأحمد وكره طائعة من العلماء
من أصحاب مالك وغيرهم
Talqin yang disebutkan ini telah diriwayatkan dari sekelompok shahabat bahwa mereka
memerintahkannya, seperti Abu Umamah al-Bahili dan lainnya, diriwayatkan hadits dari
Rasulullah Saw, akan tetapi tidak dapat dihukum shahih, tidak banyak shahabat yang
melakukannya, oleh sebab itu Imam Ahmad dan ulama lainnya berkata, “Talqin ini boleh
dilakukan, mereka memberikan rukhshah (dispensasi keringanan), mereka tidak
memerintahkannya. Dianjurkan oleh sekelompok ulama mazhab Syafi’i dah Hanbali,
dimakruhkan sekelompok ulama dari kalangan mazhab Maliki dan lainnya 170
.
Pendapat Imam an-Nawawi:
قال جماعات من أصحابنا يستحب تلقين الميت عقب دفنه فيجلس عند رأسه انسان ويقول يا فالن ابن فالن ويا عبد هللا ابن
أمة هللا اذكر العهد الذى خرجت عليه من الدنيا شهادة أن ال اله وحده ال شريك له وأن محمدا عبده ورسوله وأن الجنة حق
وأن النار حق وأن البعث حق وأن الساعة آتية الريب فيها وأن هللا يبعث من في القبور وأنك رضيت باهلل ربا وباالسالم دينا
وبمحمد صلى هللا عليه وسلم نبيا وبالقرآن إماما وبالكعبة قبلة وبالميمنين إخوانا زاد الشيخ نصر ربي هللا ال إله اال هو عله
توكلت وهو رب العرش العظيم فهذا التلقين عندهم مستحب ممن نص علي استحبابه القاضي حسين والمتولي والشيخ نصر
المقدسي والرافعي وغيرهم
Para ulama mazhab Syafii menganjurkan talqin mayat setelah dikuburkan, ada seseorang yang
duduk di sisi kubur bagian kepala dan berkata: “Wahai fulan bin fulan, wahai hamba Allah anak
dari hamba Allah, ingatlah perjanjian yang engkau keluar dari dunia dengannya, kesaksian tiada
tuhan selain Allah, hanya Dia saja, tiada sekutu baginya, sesungguhnya Muhammad adalah
hamba-Nya dan rasul-Nya, sesungguhnya surga itu benar, sesungguhnya neraka itu benar,
sesungguhnya hari berbangkit itu benar, sesungguhnya hari kiamat itu akan datang, tiada
keraguan baginya, sesungguhnya Allah membangkitkan orang yang di kubur, sesungguhnya
engkau ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai nabi, al-Qur’an
sebagai imam, Ka’bah sebagai kiblat, orang-orang beriman sebagai saudara”. Syekh Nashr
menambahkan: “Tuhanku Allah, tiada tuhan selain Dia, kepada-Nya aku bertawakkal, Dialah
Pemilik ‘Arsy yang agung”. Talqin ini dianjurkan menurut mereka, diantara yang menyebutkan
secara nash bahwa talqin itu dianjurkan adalah al-Qadhi Husein, al-Mutawalli, Syekh Nashr al-
Maqdisi, ar-Rafi’i dan selain mereka171
.
يستحب أن يمكث على القبر بعد الدفن ساعة يدعو للميت ويستغعر له نص عليه الشافعي واتعق عليه االصحاب قالوا
ويستحب أن يقرأ عنده شئ من القرآن وإن ختموا القرآن كان أفضل وقال جماعات من أصحابنا يستحب أن يلقن
Dianjurkan berdiam diri sejenak di sisi kubur setelah pemakaman, berdoa untuk mayat dan
memohonkan ampunan untuknya, demikian disebutkan Imam Syafi’i secara nash, disepakati
oleh para ulama mazhab Syafi’i, mereka berkata: dianjurkan membacakan beberapa bagian al-
Qur’an, jika mengkhatamkan al-Qur’an, maka lebih afdhal. Sekelompok ulama mazhab Syafi’i
berkata: dianjurkan supaya ditalqinkan172
.
Pendapat Syekh ‘Athiyyah Shaqar Mufti Al-Azhar:
أن هذا العمل ال يضر األحياء وال األموات ، بل ينتعا به األحياء تذكرة وعبرة، فال مانا منه .
Talqin tidak memudharatkan orang yang masih hidup dan orang yang sudah wafat, bahkan
memberikan manfaat bagi orang yang masih hidup, peringatan dan pelajaran, maka tidak ada
larangan membacakan Talqin untuk mayat.
-------------------------------------------------------------------
Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab,
37 masalah populer ustadz abdul somad lc ma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar